INFODESA.ID-JAKARTA, Dalam rangka meningkatkan akses internet di Daerah 3T (Tertinggal, Terluar dan Terdepan), Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi melalui Direktorat Peningkatan Sarana dan Prasarana menyelenggarakan Focus Group Discussion terkait pemenuhan akses internet di daerah 3T dalam rangka digitalisasi pedesaan untuk pengembangan desa wisata dan Prukades di daerah tertinggal, Jakarta, Rabu (9/10).
“Kedepan, kita harus fokus pada daerah tertinggal, terluar dan terdepan yang harus diintervensi, khususnya dalam pemenuhan sarana dan prasarana dasar seperti informasi dan telekomunikasi, ujar Direktur Peningkatan Sarana dan Prasarana, Agus Kuncoro.
Menurut Agus, kebutuhan akses internet di daerah 3T sangat penting untuk diakselerasi khususnya dalam rangka peningkatan kesehatan, pendidikan dan ekonomi digital yang saat ini sedang berkembang di kalangan milenial.
“Usulan akses internet melalui Direktorat Peningkatan Sarana dan Prasarana akan menekankan pada desa-desa di daerah tertinggal untuk pengembangan desa wisata dan produk unggulan, sehingga percepatan pembangunan daerah tertinggal bisa lebih diakselerasi,” tambah Agus.
Untuk meningkatkan akses internet di daerah 3T, Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal terus mengoptimalkan kerjasama dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI), Kementerian Komunikasi dan Informasi dengan membangun Base Transceiver Station (BTS) untuk membuka jaringan internet.
“Koordinasi dengan Ditjen PDT telah berlangsung lama dan sudah membantu beberapa kabupaten daerah tertinggal yang blank spot dan belum ada akses internet,” ungkap Angga Yomi, perwakilan dari BAKTI.
Selain pembangunan BTS, menurut Angga, BAKTI saat ini tengah mengembangkan suatu sistem yang dapat dikembangkan bersama untuk mewujudkan one data, one map dan one policy untuk melihat gambaran utuh tentang desa.
#kemendesapdtt #ditjenpdt #bakti #aksesinternet #membangundaerahtertinggal #nooneleftbehind